Selasa, 03 Oktober 2017

ILMU UNTUK KECERDASAN ATAU ILMU UNTUK KEKUASAAN?



Ilmu atau pengetahuan adalah kebutuhan pokok manusia untuk menyengam pendidikan. Pentingnya manusia berilmu atau istilahnya berpendidikan menjadikan manusia lebih terhormat dan disegani oleh manusia. Hakikat adanya ilmu membantu manusia untuk menemukan arti sesungguhnya dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, taukah kita apa hakikat ilm yang diinginkan oleh diri kita? Bagaimanakah hakikat keilmuwan yang baik dan benar?

Orang berjalan harus memakai ilmu, orang makan harus menerapkan ilmu, orang berbicara harus diiringi dengan ilmu dan lain sebaginya. Begitu sangat komplek ilmu itu dibutuhkan dalam gerak-gerik manusia menjalani rutinitasnya. Maka dari itu ilmu banyak dicari, digeluti, ditekuni bahkan dinomor satukan oleh manusia. Untuk apakah hal itu dilakukan? Gerangan apa yang menjadi tujuan mencari ilmu.

Teringat akan alkisah Nabi Sulaiman as. yang memilih ilmu dibandingkan dengan adaya harta melimpah dan kekuasaan yang tinggi, yang sepertinya berkebalikan dengan manusia. Manusia sekarang jika disuruh memilih antara ilmu, harta, dan kekuasaan justru akan meninggalkan ilmu dan memilih harta melimpah ruah dibandingkan dengan kekuasaan. Hanya orang-orang yang berfikir jernihlah yang akan memilih ilmu walaupun tidak memiliki harta dak kekuasaan? Akan tetapi mana mungkin harta dan kekuasaan dapa diraih dengan tangan hampa? Karena kita bukanlah Nabi Sulaiman yang ditawarkan dengan hal itu.

Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk bisa mendapatkan harta dan kekuasaan. Karena orientasi sekarang adalah mencari uang. Tentunya dengan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Dengan pendidikan yang tinggi, maka dengan bantuan gelar atas nama kita akan membuat pangkat kita di dunia kerja akan semakin tinggi sehingga gaji yang diperolah akan tinggi. Selain gaji dengan keuletan kerja akan membantu kita menaikkan pangkat sehingga kekuasaan di dunia kerja akan lebih luas. Hal ini terjadi sangat nyata sekali, dengan bukti banyak orang yang korupsi waktu, korupsi berbicara, korupsi diri bahkan korupsi uang padahal mereka adalah orang-orang yang digolongkan orang berpendidikan. Nah ketika banyak orang mengatakan bahwa belajarlah setinggi-tingginya, agar dirimu nanti mendapat pekerjaan yang baik dan gaji yang kamu dapatkan tinggi. Benarkah ini diucapkan dari hati mereka yang paling dalam sebagai niat berilmu? Wallahu a’lam. Semoga niat mereka ridlo lillahi ta’ala. Amiiin.

Ilmu bagaimanakah yang lillahi ta’ala dan mampu merangkul adanya kehidupan duniawi sekaligus ukhrowi? Untuk mencari ridlo ALLAH adalah niatan paling utama sebagai pencari ilmu. Mengapa? Karena yang yang dapat menyelamatkanmu kelak adalah pebuatanmu atas ALLAH dan syafaat Nabi Muhammad atas sholawatmu. Sesuai dnegan janji ALLAH bahwa orang yang berilmu akan ditempat derajat yang paling tinggi dalam hal ini umpamakanlah saja kekuasaan akhirat. Tentunya semua orang akan sangat senang jika dirinya ditempatkan derajat yang paling tinggi diantara orang-orang yang beriman.

Selain janjinya untuk akhirat kelak, niatan dalam ilmu adalah menghilangkan kebodohan. Kebodohan harus disingkirkan dari benak manusia, karena kebodohan adalah beban terberat yang melekat pada diri manusia. Jikalau dulu ada yang namanya zaman jahiliyyah (zaman kebodohan) sekarang sudah berkembang menjadi MEA (masyarakat ekonomi ASEAN) dimana semua orang dari belahan dunia sudah bebas berkeliaran dimana-mana dengan dedikasi yang tinggi. Kalua kebodohan masih saja pada diri kita maka selain kita dijajah oleh diri sendiri juga dijajah oleh orang lain, na’udzubillah.  Maka niat ini menjadi sangat penting. Kebodohan akan hilang dan kecerdasan akan dilahirkan. Lalu bagaimana dengan harta? Manusia membeli sesuatu sekecil apapun harus pakai uang.

Finansial adalah tujuan paling akhir dintara niatan untuk mencari ilmu. Karena dengan hilangnya kebodohan ditangan kita maka kita akan lebih kreatif dan inovatif sebagai manusia yang produktif dihadapan manusia dan insan yang mulia di hadapan ALLAH. Sehingga niat yang baik jika kita ridlo lillah dijalan ALLAH dan menghilangkan kebodohan untuk finansial kita didunia bukan mencari ilmu untuk finansial agar tidak dianggap bodoh dimata manusia. Maka dengan itu niat ini akan seimbang antara kebutuhan dunia dan kehidupan akhirat. Marilah kita senantiasa merubah niat kita, janganlah sesekali melenceng dari apa yang diajarkan oleh agama. Merefresh niat adalah penting karena sesuatu pekerjaan yang kita lakukan akan bergantung pada niat kita, sekali saja niat kita bergeser maka pekerjaan kita juga akan melenceng dari yang seharusnya apa yang dilakukan (innamal a’maalu binniyaat. Sehingga sudah jelaslah mana yang harus dipilih, ilmu untuk kecerdasan atau ilmu untuk kekuasaan. Pekerjaan (kekuasaan) tanpa ilmu bagaikan berperang tanpa pedang. Berperang tanpa pedang berarti memperispkan kematian dengan cepat.
Wallahu a’lam


03 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar