Ilmu atau pengetahuan adalah
kebutuhan pokok manusia untuk menyengam pendidikan. Pentingnya manusia berilmu
atau istilahnya berpendidikan menjadikan manusia lebih terhormat dan disegani
oleh manusia. Hakikat adanya ilmu membantu manusia untuk menemukan arti
sesungguhnya dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, taukah kita apa hakikat
ilm yang diinginkan oleh diri kita? Bagaimanakah hakikat keilmuwan yang baik
dan benar?
Orang berjalan harus memakai
ilmu, orang makan harus menerapkan ilmu, orang berbicara harus diiringi dengan
ilmu dan lain sebaginya. Begitu sangat komplek ilmu itu dibutuhkan dalam
gerak-gerik manusia menjalani rutinitasnya. Maka dari itu ilmu banyak dicari,
digeluti, ditekuni bahkan dinomor satukan oleh manusia. Untuk apakah hal itu
dilakukan? Gerangan apa yang menjadi tujuan mencari ilmu.
Teringat akan alkisah Nabi
Sulaiman as. yang memilih ilmu dibandingkan dengan adaya harta melimpah dan
kekuasaan yang tinggi, yang sepertinya berkebalikan dengan manusia. Manusia
sekarang jika disuruh memilih antara ilmu, harta, dan kekuasaan justru akan
meninggalkan ilmu dan memilih harta melimpah ruah dibandingkan dengan
kekuasaan. Hanya orang-orang yang berfikir jernihlah yang akan memilih ilmu
walaupun tidak memiliki harta dak kekuasaan? Akan tetapi mana mungkin harta dan
kekuasaan dapa diraih dengan tangan hampa? Karena kita bukanlah Nabi Sulaiman
yang ditawarkan dengan hal itu.
Berbagai cara dilakukan oleh
manusia untuk bisa mendapatkan harta dan kekuasaan. Karena orientasi sekarang
adalah mencari uang. Tentunya dengan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Dengan pendidikan yang tinggi, maka dengan bantuan gelar atas nama kita akan
membuat pangkat kita di dunia kerja akan semakin tinggi sehingga gaji yang
diperolah akan tinggi. Selain gaji dengan keuletan kerja akan membantu kita
menaikkan pangkat sehingga kekuasaan di dunia kerja akan lebih luas. Hal ini
terjadi sangat nyata sekali, dengan bukti banyak orang yang korupsi waktu,
korupsi berbicara, korupsi diri bahkan korupsi uang padahal mereka adalah
orang-orang yang digolongkan orang berpendidikan. Nah ketika banyak orang
mengatakan bahwa belajarlah setinggi-tingginya, agar dirimu nanti mendapat
pekerjaan yang baik dan gaji yang kamu dapatkan tinggi. Benarkah ini diucapkan
dari hati mereka yang paling dalam sebagai niat berilmu? Wallahu a’lam. Semoga
niat mereka ridlo lillahi ta’ala. Amiiin.
Ilmu bagaimanakah yang lillahi
ta’ala dan mampu merangkul adanya kehidupan duniawi sekaligus ukhrowi? Untuk
mencari ridlo ALLAH adalah niatan paling utama sebagai pencari ilmu. Mengapa?
Karena yang yang dapat menyelamatkanmu kelak adalah pebuatanmu atas ALLAH dan
syafaat Nabi Muhammad atas sholawatmu. Sesuai dnegan janji ALLAH bahwa orang
yang berilmu akan ditempat derajat yang paling tinggi dalam hal ini
umpamakanlah saja kekuasaan akhirat. Tentunya semua orang akan sangat senang
jika dirinya ditempatkan derajat yang paling tinggi diantara orang-orang yang
beriman.
Selain janjinya untuk akhirat
kelak, niatan dalam ilmu adalah menghilangkan kebodohan. Kebodohan harus
disingkirkan dari benak manusia, karena kebodohan adalah beban terberat yang
melekat pada diri manusia. Jikalau dulu ada yang namanya zaman jahiliyyah
(zaman kebodohan) sekarang sudah berkembang menjadi MEA (masyarakat ekonomi
ASEAN) dimana semua orang dari belahan dunia sudah bebas berkeliaran
dimana-mana dengan dedikasi yang tinggi. Kalua kebodohan masih saja pada diri
kita maka selain kita dijajah oleh diri sendiri juga dijajah oleh orang lain,
na’udzubillah. Maka niat ini menjadi
sangat penting. Kebodohan akan hilang dan kecerdasan akan dilahirkan. Lalu
bagaimana dengan harta? Manusia membeli sesuatu sekecil apapun harus pakai
uang.
Finansial adalah tujuan paling
akhir dintara niatan untuk mencari ilmu. Karena dengan hilangnya kebodohan
ditangan kita maka kita akan lebih kreatif dan inovatif sebagai manusia yang
produktif dihadapan manusia dan insan yang mulia di hadapan ALLAH. Sehingga
niat yang baik jika kita ridlo lillah dijalan ALLAH dan menghilangkan kebodohan
untuk finansial kita didunia bukan mencari ilmu untuk finansial agar tidak
dianggap bodoh dimata manusia. Maka dengan itu niat ini akan seimbang antara
kebutuhan dunia dan kehidupan akhirat. Marilah kita senantiasa merubah niat
kita, janganlah sesekali melenceng dari apa yang diajarkan oleh agama.
Merefresh niat adalah penting karena sesuatu pekerjaan yang kita lakukan akan
bergantung pada niat kita, sekali saja niat kita bergeser maka pekerjaan kita
juga akan melenceng dari yang seharusnya apa yang dilakukan (innamal a’maalu
binniyaat. Sehingga sudah jelaslah mana yang harus dipilih, ilmu untuk
kecerdasan atau ilmu untuk kekuasaan. Pekerjaan (kekuasaan) tanpa ilmu bagaikan
berperang tanpa pedang. Berperang tanpa pedang berarti memperispkan kematian
dengan cepat.
Wallahu a’lam
03 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar