Karakteristik Pertanian di Indonesi

LAPORAN EKONOMI PERTANIAN

 

Kelompok IV

Inayatul Fitria Dewi

Andri kurniawan

Muh Fathan A

Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Tidar

2016

SOAL

1      Karakteristik pertanian di Indonesia dan bagaimana pengaruhnya terhadap produktivitas pertanian di Indonesia

2      Karakteristik pertanian di Indonesia dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia

3      Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan karakteristik pertanian di Indonesia tersebut

4      Apakah dengan karakteristik pertanian tersebut di Indonesia maka Indonesia dapat menjadi sumber energi dan pangan dunia

5      Tulis dan rangkum beberapa diskusi mengenai beberapa hal di atas dengan tepat dan benar

Jawab

1.         Karakteristik pertanian di Indonesia

a.       Tingkat produksi dan produktivitasnya rendah atau fluktuatif

Hal ini bisa saja terjadi karena lahan yang jenuh karena selalu ditanami dengan tanaman yang komoditasnya sama sehingga produktivitas lahan menurun yang akan berakibat pada produksi dan produktivitas menurun.

b.      Lahan usaha taninya terpencar-pencar

Lahan usaha pertanian di Indonesia kebanyakan terletak di daerah-daerah pedesaan. Sehingga lokasi antar daerah satu dengan daerah yang lainnya akan berpengaruh terhadap transportasi yang tinggi yang akan mengakibatkan harga dari produk tersebut menjadi tinggi pula. Dengan adanya daerah yang terpencar-pencar maka kesulitan dalam mengaksespun akan terganggu.

c.       Luas lahan usaha taninya sempit

Selain lahan yang terpencar-pencar, lahan usaha yang digunakan juga sempit-sempit. Hal ini karena banyak pembuakaan lahan yang digunakan untuk bisnis industri. Seperti halnya pembuatan hotel, yang mana tentunya hasil dari bisnis tersebut jauh lebih menjanjikankeuntungannya dari pada dijadikan area persawahan. Sehingga petanian kalah dengan sektor-sektor yang besar.

d.      Agroklimatnya berbeda-beda

Di Indonesia walaupun memliki 2 iklim akan tetapi dalam suatu daerah akan memiliki tingkat iklim yang berbeda-beda dalam satu waktu. Karena topografi di daerah tesebut berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah yang lainnya. Selain itu walaupun mengalami iklim yang sama tetapi tingkat cuaca pada suatu daerah itu akan berbeda-beda.

e.       Kesuburan tanah yang berbeda-beda

Dengan tingkat agroklimat yang berbeda-beda maka kesuburan tanah yang satu dengan yang lainnya juga akan berbeda-beda. Karena iklim juga mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.

f.       Penerapan teknologi daam bidang pertanian yang masih rendah

Teknologi yang berkembang di Indonesia tidak seperti di negara-negara maju. Perkembangan teknologi di sini masih tergantung sangat lambat sehingga  juga akan berpengaruh dari tingakt produksi yang dihasilkan. Selain itu juga penerapan teknologi yang modern saat ini juga harus lebih memerhatikan topografi yang ada sehingga tidak salah dalam penerapan teknologi itu.

g.      Tingkat pendidikan pelaku utama (petani) masih tergolong rendah

Kebanyakan petani Indonesia memiliki pendidikan yang rendah. Mereka hanya mengandalkan ilmu pertaniannya bersumber dari nenek moyang mereka. Sehingga tingkat inovasinya menjadi rendah. Dan sifat patron cliennya masih melekat kuat

h.      Tingkat kehilangan hasil produksi pada saat panen tergolong cukup tinggi (5-10%)

Maksudnya ketika pada proses pemanenan seperti halnya dalamproses perontokan gabah dari batangnya, masih saja ada gabah yang tercecer di tanah sehingga tidak dapat diambil. Dengan halnya seperti  itu maka hasil pertanianpun akan bekurang.

i.        Ketersediaan sarana produksi secara kontinue masih terbatas

Keadaan di Indonesia ini tentang tersedianya sarana produksi di suatu daerah-daerah yang membutuhkan input dalam kegiatan pertanian masih tergolong rendah karena masih ditemukan di berbagai daerah yang masih kekurangan akan sarana produksi, baik berupa pupuk, bibit, teknologi dan semua yang berkaitan dengan faktor produksi. Masyarakat Indonesia masih menggantungkan daerah lain untuk bisa mendapatkan sarana produksi secara kontinue

j.        Ketersediaan pasar untuk hasil produksi masih terbatas

Di dalam pasar untuk memasarkan hasil-hasil pertanian masih harus mengetahui budaya, selera, ataupun sosial dari masyarakat tersebut. Sehingga dalam pertanian untuk pemasaran terlebih dahulu memerhatikan pangsa pasar, dan budaya yang ada. Sehingga keberadaan pasar untuk usaha-usaha tani bisa terlihat lebih nyata

k.      Pada masyarakat pertanian di Indonesia pada umumnya masih terikat pada patron clien

Patron clien merupakan karakteristik petani dari zaman dahulu hingga sekarang yang tidak pernah berubah. Maksud dari patron clien disini adalah apabila seseorang yang telah berhasil dalam melakukan suatu penelitian maka masyarakat akan mengikuti seseorang tersebut sampai kapanpun. Sehingga tidak ada inovasi yang ditimbulkan, malahan petani dapat saja berfikiran yang sebaliknya, yaitu bermaksud baik akan tetapi tidak berhasil dalam melakukannya.

l.        Petani pada umumnya memiliki posisi tawarnya lemah

Lemahnya posisi tawarnya petani disebabkan karena kurangnya akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai. Sehingga petani kesulitan untuk menjual hasil produksinya karena tidak memiliki jalur pemasaran sendiri. Akibatnya petani menggunakan sistem tebang jual dengan prosentase tertentu hasil produksi menjadi milik tengkulak

m.    Petani pada umumnya hanya bisa menerima price taker

Artinya bahwa petani hanya bisa menerima harga yang telah ditentukan oleh para produsen dan keseluruhan para pembeli. Sehingga para petani tidak bisa menentukan harga produknya sendiri. Hal inilah yang dapat menimbulkan kerugian pada petani karena petani tidak bisa untuk menentukan nasibnya sendiri untuk hasil produksinya.

n.      Kualitas dan jumlah produk bentuk yang dihasilkan beragam

Hal-hal yang berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan adalah karena kualitas bahan baku yang dipakai, SDM yang melakukan kegiatan pengolahan, modal, sarana maupun teknologi yang digunakan akan berpengaruh terhadap kualitas dan jumlah yang dihaslikan. Padahal di Indonesia terdapat beragam bahan baku yang digunakan, tingkat SDM yang berbeda dan faktor yang lainnya sehingga hasil produk yang dihaslikan pun akan beraneka ragam pula.

o.      Pada umumnya harga produk yang dihasilkan rendah

Rendahnya harga produk biasanya sering terjadi apabila saat panen raya. Karena komoditas yang dihasilkan lebih banyak sehingga harga dari produk itu akan turun. Akan tetapi apabila dalam suatu musim dengan adanya penanaman yang berbeda-beda mungkin dari harga pertanian tidak akan naik pasang surut, karena kebanyakan masyarakat Indonesia sebagian besar menanam dengan komoditas yang sama seperti padi.

p.      Pengolahan hasil produk pertanian belum memadai

Dalam pengolahan hasil pertanian tidak hanya dipengaruhi dari teknologi yang dipakai, akan tetapi juga kualitas dari komoditas yang diolah. Sehingga dapat dismpulkan bahwa pengolahan dapat berjalan dengan baik apabila teknologi yang digunakan juga memadai dan komoditas yang diolah juga bagus sehingga akan menghasilakn suatu produk yang bagus dar berkualitas serta dapat terjangkau oleh masyarakat.

q.      Sarana transportasi untuk mendistribusikan hasil pertanian belum memadai

Ketersediaan akan sarana transportasi menjadi penghalang karena jarak antara pendistribusian dengan tempat tujuan sangat jauh sehingga dengan sifat hasil pertanian yang mudah rusak dan tidak tahan lama akan menjadi masalah. Untuk perlu adanya inovasi terbaru dalam pembuatan sarana transportasi yang lebih baik, mungkin dengan pembuatan tol di berbagai daerah.

r.        Efesiensi proses produksi yang dihasilkan belum efesien

Hasil dari produk pertanian sendiri belum bisa mencapai hasil yang maksimal, karena dari proses produksi sendiri belum bisa berjalan dengan efesien

s.       Keinginan untuk berprestasi dari petani tergolong rendah karena masih berfikir tradisional

Hal ini dapat terjadi karena fikiran para petani masih terikat pada patron clien. Sebagai contonya, petani telah diajari dengan sistem pertanian legowo 2-1, 3-1 atau 4-1 dengan jarak tanam tertentu. Pada saat itu petani telah mendapatkan hasil panen maksimal dibanding dengan panen-panen yang telah dilakukan dulunya. Sehingga mereka berfikiran bahwa sawah yang ditanami dengan jarak tanam yang senggang saja bisa panen banyak, apalagi jika ditanam lebih banyak lagi. Hal inilah karena inovasi yang salah karena rendahnya pendidikan menyebabkan jatuhnya nilai panen pada saat itu.

Pengaruh karakteristik pertanian terhadap produktivitas pertanian

Dilihat dari karakteristik pertanian di Indonesia yang seperti itu maka dapat disimpulkan bahwa keadaan pertanian di Indonesia belum bisa untuk berjalan secara maksimal. Sehingga akan berdampak pada produktivitas pertanian pula. Hal ini berarti bahwa dengan karakteristik yang telah ada tingkat produktivitas pertanian masih tergolong rendah. Karena yang termasuk dari syarat pokok sendiri berupa teknologi, sarana produksi, transportasi, pasar dan rangsangan di atas, semuanya belum terealisasikan dengan sempurna di Indonesia ditambah lagi tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. Padahal syarat pokok dari pembangunan pertanian itu harus ada dan didukung dengan adanya syarat pelancar. Karena apabila Indonesia masih seperti ini maka produktivitas pertanian bagaikan tanaman yang kekurangan air sehingga dia akan menjadi layu.

Hal ini terbukti bahwa tingkat produktivitas pertanian di Indonesia tidak seperti pada zaman dahulu. Pada abad ke-20 produktivitas pertanian masih tinggi hal ini dibuktikan dengan kontribusinya terhadap PDB. Sedangkn pada masa sekarang kontribusi pertanian masih tergolong rendah karena karakteristik dari pertanian itu sendiri masih belum terlihat secara sempurna (Soekartawi, 1991)

Selain kualitas produk dan jumlah produk yang dihasilkan belum maksimal.

2.      Pengaruh karakteristik pertanian terhadap perekonomian Indonesia

Seiring dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia maka mulai ada rancangan bahwa Indonesia harus memerhatikan kesejahteraan masyarakatnya menuju sektor industrialisasi dengan pertimbangan bahwa sektor pertanain yang dimiliki juga kuat.

Telah diketahui bahwa tingkat produktivitas pertanian di Indonesia dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya ternyata masih tergolong rendah. Sehingga untuk berperan dalam perekonomian negara juga akan mengalami hal yang sama. Karena dapat dilihat bahwa banyak masyarakat Indonesia masih tergolong rendah untuk penghidupan yang layak padahal kehidupannya bergantung pada sektor pertanian maka kesejahteraan untuk masyarakatnya sendiri masih belum bisa tercapai. Sehingga akan menjadi pertimbangan bahwa kesejahteraan rakyat saja tidak dapat terangkat apalagi dengan perekonomian negara. Tentunya hal ini akan selaras.

Dalam ilmu ekonomi perekonomian negara dihitung dari barang atau jasa yang diproduksikan oleh masyarakat meningkat dan kemakmuran rakyat meningkat. Karena dengan kondisi yang seperti itu maka apabila terus terjadi dan tidak ada perubahan menuju pembangunan maka dapat dipastikan bahwa dengan sektor pertanian yang masih seperti itu maka perekonomian Indonesia akan menurun.

3.      Hal yang perlu diperhatiakan kaitannya dengan karakteristik pertanian

Dari sekian banyak karakteristik pertanian yang ada di Indonesia maka dengan segala kekurangan yang ada perlu adanya pembangunan pertanian yang mana perhatian lebih akan diberikan pada sektor ini. Yang paling penting untuk diperhatikan adalah karakteristik pertanian yang masuk dalam syarat pokok maupun syarat pelancar pembangunan pertanian. Dimana perlu adanya catatan bahwa hambatan dari proses pengolahan input yang didapat hingga adanya output sebagai produk produksi yang siap untuk dipasarkan. Dan tentunya keberhasilan dalam proses produksi harus memenuhi kriteria output tinggi , berkualitas, dan harga terjangkau untuk masyarakat.

Hal yang perlu diperhatikan adalah mulai dari komoditas pertanian yang unggul, setelah mendapat kualitas komoditas yang bagus maka proses pengolahan diperlukan adanya SDM yang terampil, jangka pengolahan, teknologi yang mendukung, investasi, maupun modal yang tersedia. Setelah pengolahan maka akan adanya pemasaran yang akan dititikberatkan pada selera konsumen, banyaknya produk yang dijual, kualitas, harga beli, budaya dan faktor psikologis masyarakat.

Selain itu, perlu adanya intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi.

4.      Potensi Indonesia menjadi sumber energi dan pangan dunia

Dengan kondisi pertanian di Indonesia yang sedemikian rupa, maka kemampuan di Indonesia untuk menjadi sumber energi dan pangan Indonesia masih diragukan, karena di dalam negeri sendiri masyarakat Indonesia masih belum bisa untuk menyejahterakan rakyatnya. Buktinya banyak rakyat-rakyat kecil yang kehidupannya masih di bawah garis kemiskinan, kurang gizi, dan sulitnya untuk mendapatkan makanan. Hal ini berarti pertanian di Indonesia perannya belum begitu menyeluruh karena untuk mencukupi kebutuhan akan pangannya sendiri masih belum tercukupi dan juga di Indonesia sendiri masih import bahan makanan pokok seperti beras. Berarti Indonesia yang kemarin berencana untuk tidak mengimport beras ternyata hanyalah wacana karena import sendiri masih dilakukan. Kemungkinan import dilakukan karena Indonesia masih belum bisa menjadi sumber energi dan pangan dalam negeri. Maka dari itu dimungkinkan bahwa saat ini Indonesia belum bisa untuk menjadi sumber energi dan pangan dunia.

Tidak memungkinkan bahwa jika suatu saat nanti karakteristik pertanian berubah dan dipegang oleh orang-orang yang berpendidikan ataupun berpengalaman di bidang pertanian dengan penerapan teknologi yang canggih maka tidak memungkinkan bahwa pertanian di Indonesia akan menjadi maju. Dengan kondisi pertanian yang seperti itu maka pertanian di Indonesia mampu mengayomi kehidupan rakyatnya, dengan kata lain pertanian Indonesia mampu menjadi sumber energi dan pangan nasional.

Apabila Indonesia sudah kuat dengan pertaniannya di dalam negeri maka kemungkinan pertanian Indonesia mampu bergerak menuju internasinal. Indonesia bisa saja menjadi pusat pertanian di dunia dan mampu menjadi sumber pangan untuk negara-negara lain.

5.      Hasil Diskusi

Pertanian di Indonesia masih memiliki kekuatan yang lemah, dengan dibuktikannya beberapa karakteristik pertanian yang belum optimal. Dengan segala keterbatasan dari karakteristik pertanian yang dimiliki ini menyebabkan produktivitas hasil pertanian menjadi rendah. Dengan dihasilkannya produktivitas yang rendah maka akan berdampak pada perekonomian nasional yang rendah sehingga perlu adanya pembangunan pertanian yang lebih memerhtaikan terealisasikannya syarat pokok maupun ppelancar di Indonesia yang masih mainim sekali. Sehingga diharapkan dengan perbaikan syarat pokok maupun pelancar dari karakteristik pertanian yang dimilki, Indonesia mampu meningkatkan produktivitas maupun perekonomian nasional sehingga bisa memungkinkan menjadi sumber energi dan pangan bagi dunia.