Rabu, 04 Oktober 2017

BELAJAR KORUPSI MASA DINI


Sebuah pembelajaran yang paling optimum adalah disaat usia kita masih dini. Belajar membutuhkan otak yang fresh dan jernih. Masa yang seperti apakah yang memiliki otak yang fresh dan jernih? Masa muda. Muda fikirannya, muda pandangannya maupun muda otaknya. Mudanya dari segala yang muda ini bagaikan otak yang masih segar belum tersentuh apapun dan masih baru belum ada titik-titik noda yang mengenainya. Sehingga belajar di waktu masa muda akan lebih efektif untuk mengasah otak menjadi tajam, mudah meresapi ilmu yang diberikan sehingga bagaikan memori yang bisa menampung banyak kata.

Akan tetapi tak selamanya masa muda itu indah, untuk bisa membaca 1 kalimat saja membutuhkan perjuangan. Sehingga ketika muncul kata “keluh susah” akan menyulitkan dalam melakukan belajar, sehingga memori otak kita akan tersendat-sendat untuk menyimpannya. Dan apa yang terjadi apabila proses penyimpanan berjalan dengan tidak lancar? Tentunya file ini akan resah untuk masuk atau keluar sehingga kalau kita ingin mencoba untuk mengingatnya kembali akan susah. Maka dari itu jangan ada kata patah semangat untuk belajar dengan rajin supaya pandai menghafal dan otak kita menjadi mudah dalam menyimpannya.
Karenanya otak kita adalah otak muda maka penyerapannya lebih mudah, masih banyak ruang yang longgar sehingga akan dengan mudah meresap dan disimpan dengan baik. Maka dari itu masa muda adalah masa keemasan untuk belajar, masa kejayaan untuk menghafal dan mengingat. Jadi jangan heran apabila ada anak usia 9 tahun sudah bisa menghafal alqur’an. Karena sejatinya mereka sangat menyayangi otak mereka. Semakin lama seseorang telat belajar dengan giat akan semakin telat dia mengisi otak mereka dengan hal-hal yang bermanfaat. Sehingga apa akibatnya jika diri kita sudah telat mengisi space-space pada otak kita?

Ketika otak kita sudah tua maka bagaikan mesin tua yang sulit untuk dihidupkan. Kadang mati, kadang hidup, kadang hidup terus namun tiba-tiba macet.  Maka hal inilah yang menjadi kendala utama bagi kita yang telat untuk mendalami ilmu pengetahuan. Sehingga apa yang mereka lakukan? Disisi lain ada yang berusaha semaksimal mungkin namun disisi lain ada yang bersifat curang. Lalu, curang yang bagaimana?

Kesulitan dalam mencerna belajar membuat sesorang ketika ditanya akan susah menjawabnya. Sehingga banyak sekali ditemukan siswa maupun siswi ketika ujian mendapat nilai jeblok. Usaha sudah dilakukan dengan maksimal, belajar setengah mati pun dilakukan, tidak tidur pun masih bisa bertahan, namun usaha mereka ternyata gagal. Nah, hal inilah yang menyebabkan siswa maupun siswi enggan untuk berjuang kembali sehingga mereka memilih jalan untuk korupsi. Lalu korupsi yang seperti apa yang dibudidayakan oleh mereka ketika ujian?

Kebiasaan buruk ketika menghadapi ujian adalah dengan menoleh samping kanan dan kiri, kemudian tidak percaya diri untuk mengatakan bisa sehingga mereka ragu untuk menjawab soal-soal yang diberikan. Maka dari itu mereka biasanya akan bertanya kepada temannya (korupsi pertama), membuka buku (korupsi kedua) dan menyontek/ ngepek (korupsi ke tiga). Ketiga korupsi inilah korupsi sederhana yang sudah terlatih dan terdidik di bangku sekolah. Ketika benar-benar menjadi sifat yang merekat maka akan dibawa sampai nantinya tanpa ia sadari. Maka tak heran juga jika orang-orang dewasa banyak yang melakukan korupsi terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Paparan diatas menggambarkan bahwa musuh sejatinya manusia adalah dirinya sendiri. Ketika sifat buruknya sudah terlatih di bangku pendidikan maka akan sulit untuk dihilangkan, sehingga perlu adanya membiasakan sedini mungkin membersihkan diri dari sifat korupsi. Berusahalah percaya akan diri sendiri, karena diri sendiri tidak akan pernah membohongi diri sendiri, namun berbeda dengan orang lain, mereka dapat saja berbohong denganmu karena dirimu tidak mampu membaca apa isi hati mereka. Maka dari itu jangan latih diri sendiri menjadi koruptor terdidik, tapi menjadilah orang yang confidence dan memilki tujuan nyata dalam hidumu. Hilangkan koruptor mari percaya diri.

04 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar