LAPORAN
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
PERTANIAN
“PENGARUH
ZAT KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI”
Disusun oleh
Inayatul Fitria Dewi
(1510401057)
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mikroorganisme merupaka makhluk jidup yang
memilki tubuh paling terkecil. Misalnya adalah sebuah bakteri yang memiliki
bentuk beraneka ragam yang dapat berkembangbiak secara cepat dan pesat.
Perkembangbiakan bakteri bisa berlangsung dalam beberapa jam sehingga
populasinya akan sangat banyak dibandingkan dengan organisme yang lain. Akan
tetapi perkembangan ini juga di ikuti dengan kematian. Karena semakin banyaknya
populasi bakteri meyebabkan persaingan untuk mendapatkan nutrisi maupun tempat
sehingga bakteri juga akan mudah mengalami kematian.
Adanya pertumbuhan bakteri yang diikuti dengan
kematian, pada fase pertumbuhan akan mengalami penghambatan pada daerah tumbuh.
Pertumbuhan bakteri dapat terhambat dikarenakan adanya zat kimia yang berfungsi
sebagai penghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhan bakteri dapat dikendalikan
dengan adanya zat pengahambat tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui
pengaruh dari zat pengahambat yang berupa bahan kimia terhadap pertumbuhan dari
bakteri maka dilakukanlah percobaan tersebut supaya dapat mengetahui
pengaruhnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percoban ini dengan maksud
agar mahasiswa dapat mengamati pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Microorganisme menyatakan suatu keadaan
mikroorganisme yang meskipun masih hidup (viable) tetapi tidak mengadakan
multiplikasi. Terjadinya keadaan mikrobiastis dapat disebabkan oleh pengaruh
fisik seperti, pengeringan, imunobilitasi air sel dengan larutan yang tekanan
osmotisnya tinggi, atau dengan gabungan dari cara-cara tersebut. Mikrobiastatis
kimia dapat disinfiksi adalah dua ungkapan yang perbedaannya terletak pada apa
yang diartikan dengan mematikan secara cepat (yaitu disenfeksi) dan apa yang
diartikan dengan mematikan secara lambat (yaitu mikrobiastatis). Zat-zat kimia
yang merupaka tipe umum dari mikrobiastatis kimia terdiri dari tiga macam yaitu
warna aniline, sulfonamide, dan antibiotic (Irianto, 2006)
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetapi hidup merupakan hal
yang penting. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut
sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia (Buckle,1987).
Zat-zat yang menghambat pembiakan secara bakteri
dengan tiada membunuhnya disebut zat antiseptic atau zat bakteriostatik. Zat
yang dapat membunuh bakteri disebut disenfektan, germisida atau bakterisida.
Ada disenfektan yang membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali,
tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asam organic menyebabkan hancurnya bakteri
dan mungkin terjadi kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Kerusakan
bakteri pada umunya dibagi atas 3 golongan yaitu oksidasi, koagulasi atau
penggumpalan protein, depresi dan ketegangan permukaan (Dwiddjoseputro, 2005).
Menurut
Waksman, antibiotic adalah zat – zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme , dan
zat – zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal adalah penisilin,
suatu zat yang dihasilkan oleh jamur penicilium.
Sp. Penisilin ditemukan oleh
flerning pada tahun 1929, namun baru sejak tahun 1943 antibiotik ini banyak
digunakan sebagai pembunuh bakteri. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies
bakteri dikatakan mempunyai spectrum luas, sebaliknya antibiotic yang hanya
efektif untuk spesies tertentu mempunyai spectrum yang sempit. Sebelum suatu
antibiotic digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu
antibiotic diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Sesuai dengan
keperluan , maka suatu antibiotic dapat diberikan kepada seorang pasien dengan
jalan penyuntikan dapat dilakukan dengan intra moskular ( Dwidjoseputro,2005 ).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
3.1.1.1 Empat cawan petri steril
3.1.1.2 Jarum ose
3.1.2
Bahan
3.1.2.1 Biakan murni dari Bacillus subtilis dan Escherichia coli
3.1.2.2 1
3.2 langkah kerja
3.2.1
Mencairkan
tabung nutrient dalam penangas air, dibiarakan mendingin hingga suhunya kurang
lebih 45oC. Kemudian masing-masing inokulir dengan biakan murni dari
Bacillus subtilis dan Escherichia coli untuk kemudian
dituangkan dalam masing-masing cawan petri.
3.2.2
Setelah
agar menjadi padat pada permukaan dari agar tersebut diletakkan kertas filter
yang masing-masing dicelupkan ke dalam larutan phenol 10%, alcohol 70%, HgCl
0,1%, dan yodium 10%.
3.2.3
Inkubasikan
pada suhu 30oC dalam 48 jam
3.2.4
Lakukanlah
pengamatan dan mencatat diameter penghambat dari masing-masing larutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Zat kimia
|
Diameter daerah
penghambat
|
|
Bacillus subtilis (mm)
|
Escheria coli
|
|
phenol
|
Diameter 10 mm tetapi warnanya berubah menjadi
cokelat
|
Tidak ada daerah penghambatnya
|
HgCl2
|
Diameter 15 mm
|
Tidak ada daerah penghambatnya
|
Alkohol
|
Tidak ada daerah penghambatnya
|
Tidak ada daerah penghambatnya
|
Iodium
|
Tidak ada daerah penghambatnya, tetapi
warnanya berubah menjadi cokelat
|
Tidak ada daerah penghambatnya
|
B.
Pembahasan
Pertumbuhan
bakteri telah diketahui sangat cepat sekali, karena masa pertumbuhan bakteri
hanya memiliki siklus beberapa jam saja. Dengan pertumbuhan yang sangat pesat
maka akan juga terjadi daerah hambat tumbuh jika suatu koloni bakteri
ditambahkan dengan adanya zat kimia yang memang berfungsi sebagai zat
penghambat. Sebagi contohnya, Phenol, HgCl2, Alkohol dan HgCl2.
Zat kimia tersebut merupakan zat penghambat pertumbuhan dari bakteri.
Dari
hasil pengamatan yang diperoleh setelah 48 jam dapat dilihat bahwa tidak semua
zat kimia penghambat membentuk daerah penghambat, akan tetapi ada juga tidak
membentuk daerah penghambat namun bakteri-bakteri dari sekelilingnya berwarna
kecokelatan. Dari hasil pengamatan bakteri Bacillus
subtilis dengan menggunakan Phenol membentuk daerah penghambat 10 mm dan
pada HgCl2 membentuk daerah penghambat 15 mm sedangkan pada larutan
alcohol dan iodium tidak membentuk daerah penghambat. Daerah penghambat
menunjukkan sensifitas bakteri terhadap zat anti bakteri (Phenol, HgCl2,
alkohol dan iodium). Berarti pada bakteri Baciilus subtilis daerah
sensifitasnya pada larutan phenol sekitar 10 mm sedangkan pada HgCl2 sekitar
15 mm. berkebalikan pada bakteri Escherichia
coli, dengan menggunakan larutan Phenol, HgCl2, alkohol dan
iodium tidak membentuk daerah penghambat sama sekali. Hal ini berarti dengan
larutan Phenol, HgCl2, alkohol dan iodium bakteri belum menunjukkan
kesensifitasnya terhadap zat kimia tersebut.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari
percobaan yang telah dilakukan mengenai pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan
bakteri dapat dismpulkan bahwa:
1.
Pada bakteri Bacillus subtilis memiliki daerah hambat pada larutan phenol 10 mm
dan pada laruran HgCl2 15 mm, sedangkan pasa larutan alcohol dan
iodium tidak membentuk daerah penghambat
2.
Pada bakteri Escherichia coli pada larutan Phenol, HgCl2,
alkohol dan iodium tidak membentuk daerah penghambat.
DAFTAR PUSTAKA
Buckel. 1987. Ilmu
Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta
Dwidjoseputro.D. 2005. Dasar
– Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Irianto, Koes. 2006. Menguak Dunia
Mikroorganisme. Yramawidya : Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar