Selasa, 27 Desember 2016

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
“BAKTERI PENGIKAT NITROGEN SECARA NON SIMBIOSIS”




Disusun oleh
Inayatul Fitria Dewi
(1510401057)

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Bakteri merupaka unsur yang paling banyak ditemukan di udara. Melimpahnya nitrogen diudara sangat bermanfaat bagi tumbuhan, karena sebagian unsure esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan adalah nitrogen dalam perkembangan vegetatifnya. Akan tetapi tanaman tidak dapat mengambil nitrogen secara langsung diudara sehingga harus ada suatu perantara untuk mengambil nitrogen bagi tanaman.  Dalam hal ini bakteri memiliki peranan yang amat penting bagi tanaman, karena bakterilah yang dapat memfiksasi nitrogen. Hidup bakteri sendiri yang dapat memfiksasi nitrogen adalah bakteri ynag hidup di tanah (bakteri non simbiosis) dan bakteri yang hidup bekerjasama dengan tanaman kacang-kacangan (bakteri simbiosis).
Tanah merupaka media tanam yang utama dibutuhkan oleh tanaman. Di dalam tanah banyak sekali bakteri yang dapat memfiksasi nitrogen tanpa harus bekerjasama dengan tanamna. Bakteri inilah yang dinamakan golongan bakteri non simbiosis. Untuk mengetahui pakah benar pada tanah terdapat bekteri pengikat nitrogen secar alangsung maka dilakukanlah percobaan tentang bakteri pengikat nitrogen secara non simbiosis yang diambil dari beberapa macam tanah yaitu, tanah sawah, tanah tegalan dan tanha lapangan.
1.2  Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat megisolasi dan mengamati bakteri pengikat N non simbiosis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nitrogen merupakan unsur hara tanaman esensial. Kecukupan suplai nitrogen pada tanaman dicirikan dengan kecepatan pertumbuhan tanaman dan warna daun hijau gelap. Ketidakseimbangan nitrogen atau terlal besar unsur hara ini dibandingkan dengan unsur lain, seperti P, K dan S dapat mengakibatkan memanjangnya periode tumbuh dan tertundanya kematangan. Umumnya hara N tanah dalam kondisi kekurangan, hal ini memberikankontribusi tehadap penurunan hasil. (Tisdale, 1985)
Kebuthan bakteri terhadap unsure N dapat dipengaruhi oleh sumber N yang terdapat dalam berbagai senyawa organic maupun dari N udara. Peranan nitrogen secara biologis oleh sejumlah spesies bakteri endofit dizotrrof memiliki keunggulan disbanding rhizosfer, karena kebaradaannya di dalam jaringan intraseluler tanaman yang tidak mudah hilang, sementara hara nitrogen yang berada di alam sangat bersifat labil, mudah tercuci air dan erosi, dan mudah nguap ke udara. Selain itu sejumlah bakteri endofit juga mampu menghasilkan asal indol asetat (AIA) yang merupakan fitohormon golongan auksin yang berperan dalam memperpanjang sel dan organ (Suriawirnia, 1995).
Bakteri mampu melakukan penambatan nitrogen udara maupun simbiosis. Secara umum fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk mendukung pertumbuhan tanaman telah menurun akibat intensifikasi pemupukan anorganik. Unsure nitrogen termasuk unsure utama dan merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan, sehingga merupakan kunci keberhasilan pertumbuhan tanaman (Suriawirnia, 1995).


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.1.1 Jarum ose
3.1.1.2 Gelas benda
3.1.1.3 Mortir dengan alu steril
3.1.1.4 Cawan petri 2 buah
3.1.2 Bahan
3.1.2.1 Beberapa macam tanah pengikat N pertanian
3.1.2.2 Tepung kanji
3.1.2.3 Aquades steril
3.2 Langkah kerja
3.2.1 Timbang 100 gram dari tiap macam tanah pertanian yang telah dihaluskan
3.2.2 Campurkan dengna 3 gram tepung kanji
3.2.3 Campuran tersebut diberi aquades steril hingga merupakan suatu pasta
3.2.4 Masukkan pasta tersebut ke dalam cawan petri
3.2.5 Dari tiap macam-macam tanah dibuat sebuah control
3.2.6 Permukaannya dihaluskan dengan pertolongan gelas benda
3.2.7 Inkubasikan selama 3 hari
3.2.8 Amati koloni-koloni azotobacter yag telah tumbuh pada pemukaan dan perikasa morfologi sel azotobacter dengan pengecatan negati


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Jenis tanah
Karakter bakteri
Tegal
Bersinar, hitam, mengandung bakteri paling banyak
Sawah
Koloni bakteri banyak
Lapangan
Koloni bakteri sedikit

4.2 Pembahasan
Banyak media tanam yang ditemukan sebagai penggani tanah untuk perkembangan tanaman. Akan tetapi tanah merupakan media yang paling utama untuk menunjang hidup tanaman. Hal ini dikarenakan pada tanah dapat ditemukan berbagai unsure hara yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Tanpa harus kita memberikan pada tanah, sebetulnya tanah sendiri juga sudah menyediakan keberadaan unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman. Akan tetapi keberadaan nitrogen di udara tidak dapat diberikan oleh tanah dengan maksimal. Karena tanaman sendiri tidak mampu untuk mengambil nitrogen secara langsung, sehingga peranan bekteri sangat diperlukan untuk penambat nitrogen bebas di udara.
Didalam tanah terdapat bakteri penambat nitrogen yang mampu memfiksasi nitrogen secara langsung tanpa bantuan bintil akar pada tanaman. Hal ini bisa dibuktikan bahawa pada tanah memang terdapat bakteri penambat nitrogen akan tetapi pada tanah yang berbeda kandungan bakteri atau koloni dari bakteri berbeda-beda. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada jenis tanah tegal, sawah dan lapangan memilki koloni bakteri yang berbeda-beda. Bakteri tersebut dapat memfiksasi nitrogen secara langsung tanpa harus bersimbiosis dengan tanaman legume.
Pada tanah tegalan mengandung koloni bakteri paling banyak, berwarna hitam lekat dan pada tanah yang diamati terdapat pecahan-pecahan atau retakan. Sedangkan pada sawah koloni bakteri juga terlihat banyak dengan ditandai warna hitam titik-titik pada tanah dibandingkan dengan tanah lapangan yang sedikit sekali mengandung bakteri. Maka tanah tegalan banyak sekali mengandung bakteri yang dapat memfiksasi nitrogen secara langsung dibandingkan dengan tanah sawah dan tanah lapangan. Sehingga dapat diketahui bahwa tanah sawah kaya akan nitrogen.



BAB V
KESIMPULAN
Banyak sekali bakteri yang hidup di tanah dengan berbagai speseis yang ada. Bakteri tersebut adakalanya dapat memfiksasi nitrogen di udara secara langsung tanpa harus besimbiosis dengan tanaman. Hal ini dapat dibuktikan bahwa memang ada bakteri yang berfungsi sebagai penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah. Dapat dilihat bahwa pada tanah tegalan memiliki koloni bakteri yang banyak dengan ditandai titik-titik hitam pekat setelah dilakukan percobaan. Koloni bekteri tersebut ditemukan lebih banyak dibandingkan bakteri yang ada pada tanah sawah dan tanah lapangan. Pada tanah lapang sedikit sekali ditemukan bakteri yang mampu memfiksasi nitrogen secara langsung.


DAFTAR PUSTAKA
Suriawirnia. 1995. Pengantar Biologi Umum. Angkasa: Bandung
Tisdale, Nelson, dan Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. 4th ed. MacMillan  Publishing Company: New York


LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
“PENGARUH ZAT KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI”









Disusun oleh
Inayatul Fitria Dewi
(1510401057)

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Mikroorganisme merupaka makhluk jidup yang memilki tubuh paling terkecil. Misalnya adalah sebuah bakteri yang memiliki bentuk beraneka ragam yang dapat berkembangbiak secara cepat dan pesat. Perkembangbiakan bakteri bisa berlangsung dalam beberapa jam sehingga populasinya akan sangat banyak dibandingkan dengan organisme yang lain. Akan tetapi perkembangan ini juga di ikuti dengan kematian. Karena semakin banyaknya populasi bakteri meyebabkan persaingan untuk mendapatkan nutrisi maupun tempat sehingga bakteri juga akan mudah mengalami kematian.
Adanya pertumbuhan bakteri yang diikuti dengan kematian, pada fase pertumbuhan akan mengalami penghambatan pada daerah tumbuh. Pertumbuhan bakteri dapat terhambat dikarenakan adanya zat kimia yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhan bakteri dapat dikendalikan dengan adanya zat pengahambat tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh dari zat pengahambat yang berupa bahan kimia terhadap pertumbuhan dari bakteri maka dilakukanlah percobaan tersebut supaya dapat mengetahui pengaruhnya.

1.2  Tujuan
Tujuan dilakukannya percoban ini dengan maksud agar mahasiswa dapat mengamati pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan bakteri



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Microorganisme menyatakan suatu keadaan mikroorganisme yang meskipun masih hidup (viable) tetapi tidak mengadakan multiplikasi. Terjadinya keadaan mikrobiastis dapat disebabkan oleh pengaruh fisik seperti, pengeringan, imunobilitasi air sel dengan larutan yang tekanan osmotisnya tinggi, atau dengan gabungan dari cara-cara tersebut. Mikrobiastatis kimia dapat disinfiksi adalah dua ungkapan yang perbedaannya terletak pada apa yang diartikan dengan mematikan secara cepat (yaitu disenfeksi) dan apa yang diartikan dengan mematikan secara lambat (yaitu mikrobiastatis). Zat-zat kimia yang merupaka tipe umum dari mikrobiastatis kimia terdiri dari tiga macam yaitu warna aniline, sulfonamide, dan antibiotic (Irianto, 2006)
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetapi hidup merupakan hal yang penting. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia (Buckle,1987).
Zat-zat yang menghambat pembiakan secara bakteri dengan tiada membunuhnya disebut zat antiseptic atau zat bakteriostatik. Zat yang dapat membunuh bakteri disebut disenfektan, germisida atau bakterisida. Ada disenfektan yang membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asam organic menyebabkan hancurnya bakteri dan mungkin terjadi kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Kerusakan bakteri pada umunya dibagi atas 3 golongan yaitu oksidasi, koagulasi atau penggumpalan protein, depresi dan ketegangan permukaan (Dwiddjoseputro, 2005).
Menurut Waksman, antibiotic adalah zat – zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme , dan zat – zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal adalah penisilin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur penicilium. Sp. Penisilin ditemukan oleh flerning pada tahun 1929, namun baru sejak tahun 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri dikatakan mempunyai spectrum luas, sebaliknya antibiotic yang hanya efektif untuk spesies tertentu mempunyai spectrum yang sempit. Sebelum suatu antibiotic digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotic diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Sesuai dengan keperluan , maka suatu antibiotic dapat diberikan kepada seorang pasien dengan jalan penyuntikan dapat dilakukan dengan intra moskular ( Dwidjoseputro,2005 ).



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Alat dan Bahan
3.1.1        Alat
3.1.1.1   Empat cawan petri steril
3.1.1.2  Jarum ose
3.1.2        Bahan
3.1.2.1  Biakan murni dari Bacillus subtilis dan Escherichia coli
3.1.2.2  1
3.2  langkah kerja
3.2.1        Mencairkan tabung nutrient dalam penangas air, dibiarakan mendingin hingga suhunya kurang lebih 45oC. Kemudian masing-masing inokulir dengan biakan murni dari Bacillus subtilis dan Escherichia coli untuk kemudian dituangkan dalam masing-masing cawan petri.
3.2.2        Setelah agar menjadi padat pada permukaan dari agar tersebut diletakkan kertas filter yang masing-masing dicelupkan ke dalam larutan phenol 10%, alcohol 70%, HgCl 0,1%, dan yodium 10%.
3.2.3        Inkubasikan pada suhu 30oC dalam 48 jam
3.2.4        Lakukanlah pengamatan dan mencatat diameter penghambat dari masing-masing larutan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil pengamatan
Zat kimia
Diameter daerah penghambat
Bacillus subtilis (mm)
Escheria coli
phenol
Diameter 10 mm tetapi warnanya berubah menjadi cokelat
Tidak ada daerah penghambatnya
HgCl2
Diameter 15 mm
Tidak ada daerah penghambatnya
Alkohol
Tidak ada daerah penghambatnya
Tidak ada daerah penghambatnya
Iodium
Tidak ada daerah penghambatnya, tetapi warnanya berubah menjadi cokelat
Tidak ada daerah penghambatnya

B.     Pembahasan
Pertumbuhan bakteri telah diketahui sangat cepat sekali, karena masa pertumbuhan bakteri hanya memiliki siklus beberapa jam saja. Dengan pertumbuhan yang sangat pesat maka akan juga terjadi daerah hambat tumbuh jika suatu koloni bakteri ditambahkan dengan adanya zat kimia yang memang berfungsi sebagai zat penghambat. Sebagi contohnya, Phenol, HgCl2, Alkohol dan HgCl2. Zat kimia tersebut merupakan zat penghambat pertumbuhan dari bakteri.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh setelah 48 jam dapat dilihat bahwa tidak semua zat kimia penghambat membentuk daerah penghambat, akan tetapi ada juga tidak membentuk daerah penghambat namun bakteri-bakteri dari sekelilingnya berwarna kecokelatan. Dari hasil pengamatan bakteri Bacillus subtilis dengan menggunakan Phenol membentuk daerah penghambat 10 mm dan pada HgCl2 membentuk daerah penghambat 15 mm sedangkan pada larutan alcohol dan iodium tidak membentuk daerah penghambat. Daerah penghambat menunjukkan sensifitas bakteri terhadap zat anti bakteri (Phenol, HgCl2, alkohol dan iodium). Berarti pada bakteri Baciilus subtilis daerah sensifitasnya pada larutan phenol sekitar 10 mm sedangkan pada HgCl2 sekitar 15 mm. berkebalikan pada bakteri Escherichia coli, dengan menggunakan larutan Phenol, HgCl2, alkohol dan iodium tidak membentuk daerah penghambat sama sekali. Hal ini berarti dengan larutan Phenol, HgCl2, alkohol dan iodium bakteri belum menunjukkan kesensifitasnya terhadap zat kimia tersebut.


BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan bakteri dapat dismpulkan bahwa:
1.      Pada bakteri Bacillus subtilis memiliki daerah hambat pada larutan phenol 10 mm dan pada laruran HgCl2 15 mm, sedangkan pasa larutan alcohol dan iodium tidak membentuk daerah penghambat
2.      Pada bakteri Escherichia coli pada larutan Phenol, HgCl2, alkohol dan iodium tidak membentuk daerah penghambat.


DAFTAR PUSTAKA
Buckel. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta
Dwidjoseputro.D. 2005. Dasar  – Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Irianto, Koes. 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme. Yramawidya : Bandung


LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
“PENGIKATAN N OLEH BAKTERI SIMBIOSIS”








Disusun oleh
Inayatul Fitria Dewi
(1510401057)

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Dalam suatu kehidupan suatu tumbuhan biasanya akan melakukan suatu interaksi antar mikroorganisme lainnya. Suatu interkasi yang terjadi antara tumbuhan dan mikroorganisme tersebut biasanya bisa bersifat menguntungkan dan merugikan. Pada tanaman suatu interaksi yang menguntungkan biasanya terjadi pada tanman legume yang banyak mengandng bintil akarnya. Disitulah suatu bakteri yang menguntungkan tumbuh dan bermanfaat untuk tumbuhannya. Bakteri tersebut memiliki interaksi dengan bintil akar.
Bakteri dalam tanaman legume akan tumbuh di dalam bintil akar dan mendapat asupan makanan dalam bintil akar tersebut. Sedangkan dengan adanya bakteri pada tanaman legume di dalamnya maka oleh tanaman bakteri mampu mengikat nitogen yang merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sehingga antar tanaman legume dengan bakteri ini akan memiliki hubungan yang sangat menguntungkan (simbiosis mutualisme)
1.2  Tujuan
Dalam praktikum ini mahasiswa dituntut dapat mengisolasi dan mengamati bakteri pengikatan N secara simbiotik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Rhizoma merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizoma sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang (Prayitno, 2009).
 Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar, 2008).
            Bintil akar tidak selalu tumbuh di pangkal akar, ada juga yang tumbuh di ujung-ujung akar. Tidak selalu bintil akar dihuni oleh bakteri rhizoma yang tepat dan efektif. Bintil-bintil ini timbul karena infeksi rambut akar dengan bakteri dari dalam tanah. Bakteri yang menimbulkan bintil pada tanaman leguminosa, yaitu bakteri bintil, dikelompokan dalam genus Rhizoma (Sadikin, 2004)
            Bakteri-bakteri yang menimbulkan bintil pada tanaman Leguminose, yaitu bakteri bintil, dikelompokkan dalam  genus Rhizobium. Batang-batang Gram-negatif ini yang hidup bebas dalam tanah, tumbuh secara anaerob ketat dengan senyawa organik sebagai nutrein. Bakteri-bakteri ini amat cepat memperbanyak diri, tumbuh menjadi sel dengan bentuk tidak teratur dengan volume 10-12 kali lipat dari Rhizobium yang dapat bebas, dan akhirnya terletak dalam sitoplasma sel-sel tumbuh-tumbuhan sebagai sel-sel individual (Somaatmadja, 2004).



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Alat dan Bahan
3.1.1        Alat
3.1.1.1   Pinset
3.1.1.2  Jarum ose
3.1.1.3  Gelas benda
3.1.1.4  Gelas penutup
3.1.1.5  Cawan petri steril
3.1.1.6  Mikroskop
3.1.2        Bahan
3.1.2.1  Bintil akar tanaman Leguminoceae ayng berwarna merah atau hijau
3.1.2.2  1 tabung medium yaest maintol
3.1.2.3  Yeast maintol agar miring
3.1.2.4  1 tabung berisi aquadest steril
3.1.2.5  Larutan HgCl2 0,1 %
3.1.2.6  Alkohol 95%
3.2  langkah kerja
3.2.1        ambil bintil akar yang berwarna merah atau hijau dan cuci dengan air saluran sampai bersih
3.2.2        pindahkan bintil akar tersebut dengan pinset ke dalam cawan petri berisi 95% alcohol selama 2 menit
3.2.3        ambil bintil akar tersebut dan pindahkan ke dalam tempat yang berisi HgCl2 selama 3 menit
3.2.4        pindahkan bintil akar tersebut ke dalam tempat yang berisi air steril dan cuci dengan air mengalir steril sampai HgCl2 hilang.
3.2.5        Cairkan 2 tabung dari nutrient agar dengan penangas air
3.2.6        Biarkan agar mendingdn sampai 90o C tuangkan ke dalam cawa petri sterl dan biarkan mengeras/dingin
3.2.7        Peganglah salah satu sisi gelas benda hati-hati di atas api lampu spirtus
3.2.8        Letakkan di atas meja dengan bagian yang telah dipanggang terletak dibagian atas
3.2.9        Hancurkan bintil akar dengan meletakkan dibagian tengah dari gelas benda yang telah dibakar dan letakkan gelas benda yang lain di atasnya lalu tekanlah dengan kuat
3.2.10    Pisahkan gelas benda dan tambahkan setetes aquades steril pada binti akar yang telah dihancurkan dan campurkanlah
3.2.11    Ambil suspense bakteri dengan jarum ose dan goreskan diatas permukaan agar pada cawan petri beberapa kali
3.2.12    Inkubasikan cawan petri tersebt pada suhu 25oC selama 5-10 hari dalam keadaan berbalik
3.2.13    Buatlah preparat dari suspense bintil akar dan buatlah pengecatan negatif setelah tumbuh amati dengan mikroskop


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Bakteri
Karakteristik
Bakteri pada bintil akar (Rhizobium)
Bakteri berwarna transparan
Bakteri berbentuk basil (batang)
Bakteri gram negatif

Gambar bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan tanaman legume



4.2 Pembahasan
N2 bebas di udara sebagian besar diikat oleh bakteri Rhizoma yang bersimbiosis dengan tanaman legume. Pada tanaman legume terdapat bintil akar yang terdapat bakteri pengikat N2 secara langung. Oleh bakteri tersebut sagat bermanfaat bagi tanaman, karena N2 dapat tersedia bagi tanaman, selain itu bakteri juga mendapatkan asupan makanan dan tempat tinggal pada bintil akar.
Pada percobaan pengecatan negatif pada bakteri simbiosis yakni Rhizobium dapat dilihat bahwa bakteri tersebut berwarna putih transparan. Dapat diketahui bahwa dengan pengecatan negatif, pewarnaan tidak mampu menembus dari dinding sel pada bakteri Rhizobium. Maka pada bakteri bintil akar ini termasuk dalam bakteri gram negatif. Karena bakteri Rhizobium merupakan bakteri memiliki dinding sel yang terlalu tebal dan kandungan  peptidoglikannya yang tinggi  sehingga dengan pengecatan negatif bakteri tetap berwarna transparan. Selain itu, bakteri Rhizobium memiliki bentuk batang (basil) yang berarti bakteri tersenut merupakan bakteri yang berbentuk basil.
Dapat disimpulkan bahwa ternyata pada tanaman legume yang memilki bintil akar ternyata memiliki bakteri yang sangat bermanfaat sebagai penyedia N2. N2 akan bermanfaat bagi tanaman legume sedangkan bakteri Rhizobium juga beruntung mendapatkan asupan makanan dan tempat tinggal pada bintil akar sehingga mereka memiliki simbiosis mutualisme. Maka tidak heran jika pada bakteri Rhizobium dikatakan sebagai bakteri pengikat N2 secara simbiosis.


BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa:
  1. Pada tanaman legume terdapat bakteri Rhizobium yang bersimbiosis untuk mengikat N2 bebas di udara
  2. Bakteri Rhizobium merupakan bakteri yang memilki bentuk basil (batang)
  3. Bakteri Rhizobium meruapakan bakteri gram negatif yang memiliki diding sel yang lebih tebal dan kandungan peptidoglikan yang tinggi sehingga pewarnaan tidak mampu mewarnai sel



DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Prayitno, 2009.Analisis Mikroorganisme di Lab. Erlangga. Jakarta
Somaatmadja, 2004.Mikrobiologi Umum.: Gadjah Mada University Press. Yogyakarta