MENGGAPAI CITA, SEBELUM CINTA
Tak terasa hampir tiga tahun aku berada di SMA. Tahun ini adalah
tahun terakhir aku duduk di bangku putih abu-abu. Waktu yang begitu cepat telah
aku lewati. Ini saatnya aku harus berfikir untuk melangkah ke depan. Aku masih
bingung harus ke mana aku melangkah setelah ini. Apakah aku harus kuliah, kerja
atau bahkan menikah. Tetapi kalau menikah tidak mungkin, karena aku berfikir
tentang hal itu dulu.
Pada tanggal 5 Juni 2010 hari itu ada pengumuman kelulusan tingkat
SMA sederajat. Hatiku sangat bimbang akan hasil nilai UN ku nanti. Menunggu
pengumuman, teman-temanku bersenda gurau membicarakan rencana setelah lulus
dari SMA. Mendengar pembicaraan teman-teman, aku jadi tambah bingung.
Kebanyakan dari mereka rencananya ingin melanjutkan ke PTN favorit. Aku juga
ingin melanjutkan ke PTN favoritku.tetapi apakah mungkin aku bisa seperti
mereka. Ayahku hanya seorang petani, sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah
tangga. Seandainya aku bekerja, di mana dan kerja apa?? Aku hanya lulusan SMA
saja. Sedangkan banyak di luar sana yang lulusan sarjana banyak pengangguran.
Kedua orang tuaku hanya lulusan SMP. Mereka tidak mau anaknya
lulusan SMA saja. Tetapi mereka menginginkan aku agar sampai ke perguruan
tinggi. Ya,,,, aku tau akan hal itu, berarti aku harus kuliah. Kepala sekolah
dan guru-guru lainnya memberikan informasi bahwa ada beasiswa dari pemerintah
bagi siswa SMA sederajat yang berprestasi dan orang tuanya terhimpit masalah
ekonomi. Beasiswa ini disebut bidik misi. Mendengar hal itu aku ingin sekali
masuk ke perguruan tinggi yang aku impikan. Tetapi , aku masih ragu-ragu.
“Dapatkah masuk ke perguruan tinggi favoritku?”, kataku dalam hati.
Setiap malam ku sempatkan diriku untuk memuji dan memohon kepada
Tuhan agar diberi kemudahan dalam menjalankannya. Aku masih bingung antara
kuliah dan kerja. Akhirnya do’aku didengar oleh Tuhan. Tuhan memberikan solusi
atas masalah ini.
Aku masuk SNMPTN jalur undangan sekaligus daftar sebagai penerima
beasiswa penerima bidik misi. Bingung mau ke mana setelah SMA, hilang. Akan
tetapi aku bingung mau kuliah di mana dan pengambil jurusan apa. Banyak
perguruan tinggi swasta maupun negeri yang bersosialisasi ke sekolah. Akhirnya
aku tertarik pada universitas favoritku yaitu Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta. Di sana aku ingin mengambil fakultas teknik kimia. Walaupun saat
aku SMA aku tidak begitu mahir dalam pelajaran kimia.
Sambil menunggu dibukanya hasil SNMPTN undangan, aku mengikuti try
out tertulis di UGM juga. Aku mengikuti sangat antusias. Sederetan soal membuat
aku pusing, ditambah lagi pengawasnya yang jutek, mengawasnya itu dari UGM
juga.
Akhirnya aku dapat merebahkan tubuhku serta merefres otakku
sejenak. Dalam fikiranku terlintas bahwa
UGM adalah universitas favoritku, dan sepertinya hanya kalangan atas saja yang
bisa ke sana. Lalu aku berfikir untuk meminta nomor hp mahasiswa UGM yang bidik
misi, dan akhirnya aku mendapatkannya. Namanya Ilham. Akupun mengawali SMS.
“Assalamu’alaikum,,, kak mau tanya, kalau bidik misi di UGM itu
dipungut biaya nggak???”, SMSku terkirim.
Aku menunggu balasan SMSnya. Tetapi dia belum juga membalasnya. Aku
merasa kesal dengannya.
Handphoneku berdering, ternyata balasan dari kak Ilham.
“Tidak, maaf ini siapa ya??”
“Oh, ya.. Aku lupa mencantumkan namaku. Aku Firla kak”.
Dari sinilah aku mulai saling mengenal. Tiba-tiba dia mengirim sms
“kangen”. Melihat sms itu aku terkejut membacanya. Kita aja belum pernah
bertemu, kenapa dia tiba-tiba sms begitu. Ternyata setelah kita sms lebih
lanjut lanjut dia seorang pengwas di ruanganku. Ternyata orangnya mengasyikkan.
Besok malam pengumuman hasil tes. Dia mengirim sms padaku.
“Gimana,,, keterima nggak?”, tanyanya.
“Aku aja belum liat hasilnya diterima atau nggak”, jawabku.
“Pengumumannya sudah bisa diliat kok”, kata kak Ilham.
Kalo malam-malam gini ke warnet nggak mungkin, dan akhirnya aku
meminta bantuan kepada temanku. Ternyata kuota modemnya habis.
Handphoneku berdering lagi, ternyata sms dari kak Ilham.
“Cepetan liat,, siapa tau aja keterima. Udah liat belum?”, tanyanya
sambil memotivasiku.
“Ya ini baru aku liat, tapi di hp”, jawabku.
“Sini kakak bantu, sms-in aja nomor pendaftaran KAPnya”.
Ternyata setelah dibuka aku tidak lolos SNMPTN. Mendengar hal itu
aku sangat down. Tak terasa air mata ini menetes.
Saat itu juga kak Ilham selalu memotivasiku untuk tetap semangat.
Aku disarankan untuk membeli buku-buku SNMPTN. Aku selalu latihan soal-soal
yang ada di buku tersebut.
“Jangan menyerah dari masalah selama masalah itu tidak membunuhmu”,
katanya yang selalu memotivasiku.
Mendengar perkataannya, aku jadi terharu hingga air mataku menetes.
Kata-katanya selalu aku ingat. Dia merupakan motivasiku.
Setelah peristiwa itu, kemudian aku ikut SNMPTN tulis di UNDIP, dan
di sana aku tetap mengambil fakultas kimia. Mungkin do’a orang tuaku yang
sangat kuat, akhirnya aku diterima di UNDIP. Ada rasa syukur dan sesal melihat
hal tersebut. Tetapi mau tidak mau harus dijalani. Mungkin iniyang terbaik
bagiku. Aku harus belajar dengan sungguh-sungguh. Karena pendidikanku dibiayai
pemeintah, bahkan biaya hidupku juga ditanggung.
Ketika aku diterima di UNDIP dia memberi ucapan kepadaku. Di hari
ulang tahunku yang ke 19., dia mengcapkan melalui facebook. Dan itulah
pertamanya aku chating dengan dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar