Rabu, 03 Februari 2016

Kenangan Tentang Kita

MENGGAPAI CITA, SEBELUM CINTA

Tak terasa hampir tiga tahun aku berada di SMA. Tahun ini adalah tahun terakhir aku duduk di bangku putih abu-abu. Waktu yang begitu cepat telah aku lewati. Ini saatnya aku harus berfikir untuk melangkah ke depan. Aku masih bingung harus ke mana aku melangkah setelah ini. Apakah aku harus kuliah, kerja atau bahkan menikah. Tetapi kalau menikah tidak mungkin, karena aku berfikir tentang hal itu dulu.
Pada tanggal 5 Juni 2010 hari itu ada pengumuman kelulusan tingkat SMA sederajat. Hatiku sangat bimbang akan hasil nilai UN ku nanti. Menunggu pengumuman, teman-temanku bersenda gurau membicarakan rencana setelah lulus dari SMA. Mendengar pembicaraan teman-teman, aku jadi tambah bingung. Kebanyakan dari mereka rencananya ingin melanjutkan ke PTN favorit. Aku juga ingin melanjutkan ke PTN favoritku.tetapi apakah mungkin aku bisa seperti mereka. Ayahku hanya seorang petani, sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Seandainya aku bekerja, di mana dan kerja apa?? Aku hanya lulusan SMA saja. Sedangkan banyak di luar sana yang lulusan sarjana banyak pengangguran.
Kedua orang tuaku hanya lulusan SMP. Mereka tidak mau anaknya lulusan SMA saja. Tetapi mereka menginginkan aku agar sampai ke perguruan tinggi. Ya,,,, aku tau akan hal itu, berarti aku harus kuliah. Kepala sekolah dan guru-guru lainnya memberikan informasi bahwa ada beasiswa dari pemerintah bagi siswa SMA sederajat yang berprestasi dan orang tuanya terhimpit masalah ekonomi. Beasiswa ini disebut bidik misi. Mendengar hal itu aku ingin sekali masuk ke perguruan tinggi yang aku impikan. Tetapi , aku masih ragu-ragu. “Dapatkah masuk ke perguruan tinggi favoritku?”, kataku dalam hati.
Setiap malam ku sempatkan diriku untuk memuji dan memohon kepada Tuhan agar diberi kemudahan dalam menjalankannya. Aku masih bingung antara kuliah dan kerja. Akhirnya do’aku didengar oleh Tuhan. Tuhan memberikan solusi atas masalah ini.
Aku masuk SNMPTN jalur undangan sekaligus daftar sebagai penerima beasiswa penerima bidik misi. Bingung mau ke mana setelah SMA, hilang. Akan tetapi aku bingung mau kuliah di mana dan pengambil jurusan apa. Banyak perguruan tinggi swasta maupun negeri yang bersosialisasi ke sekolah. Akhirnya aku tertarik pada universitas favoritku yaitu Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Di sana aku ingin mengambil fakultas teknik kimia. Walaupun saat aku SMA aku tidak begitu mahir dalam pelajaran kimia.
Sambil menunggu dibukanya hasil SNMPTN undangan, aku mengikuti try out tertulis di UGM juga. Aku mengikuti sangat antusias. Sederetan soal membuat aku pusing, ditambah lagi pengawasnya yang jutek, mengawasnya itu dari UGM juga.
Akhirnya aku dapat merebahkan tubuhku serta merefres otakku sejenak. Dalam fikiranku terlintas  bahwa UGM adalah universitas favoritku, dan sepertinya hanya kalangan atas saja yang bisa ke sana. Lalu aku berfikir untuk meminta nomor hp mahasiswa UGM yang bidik misi, dan akhirnya aku mendapatkannya. Namanya Ilham. Akupun mengawali SMS.
“Assalamu’alaikum,,, kak mau tanya, kalau bidik misi di UGM itu dipungut biaya nggak???”,  SMSku terkirim.
Aku menunggu balasan SMSnya. Tetapi dia belum juga membalasnya. Aku merasa kesal dengannya.
Handphoneku berdering, ternyata balasan dari kak Ilham.
“Tidak, maaf ini siapa ya??”
“Oh, ya.. Aku lupa mencantumkan namaku. Aku Firla kak”.
Dari sinilah aku mulai saling mengenal. Tiba-tiba dia mengirim sms “kangen”. Melihat sms itu aku terkejut membacanya. Kita aja belum pernah bertemu, kenapa dia tiba-tiba sms begitu. Ternyata setelah kita sms lebih lanjut lanjut dia seorang pengwas di ruanganku. Ternyata orangnya mengasyikkan.
Besok malam pengumuman hasil tes. Dia mengirim sms padaku.
“Gimana,,, keterima nggak?”, tanyanya.
“Aku aja belum liat hasilnya diterima atau nggak”, jawabku.
“Pengumumannya sudah bisa diliat kok”, kata kak Ilham.
Kalo malam-malam gini ke warnet nggak mungkin, dan akhirnya aku meminta bantuan kepada temanku. Ternyata kuota modemnya habis.
Handphoneku berdering lagi, ternyata sms dari kak Ilham.
“Cepetan liat,, siapa tau aja keterima. Udah liat belum?”, tanyanya sambil memotivasiku.
“Ya ini baru aku liat, tapi di hp”, jawabku.
“Sini kakak bantu, sms-in aja nomor pendaftaran KAPnya”.
Ternyata setelah dibuka aku tidak lolos SNMPTN. Mendengar hal itu aku sangat down. Tak terasa air mata ini menetes.
Saat itu juga kak Ilham selalu memotivasiku untuk tetap semangat. Aku disarankan untuk membeli buku-buku SNMPTN. Aku selalu latihan soal-soal yang ada di buku tersebut.
“Jangan menyerah dari masalah selama masalah itu tidak membunuhmu”, katanya yang selalu memotivasiku.
Mendengar perkataannya, aku jadi terharu hingga air mataku menetes. Kata-katanya selalu aku ingat. Dia merupakan motivasiku.
Setelah peristiwa itu, kemudian aku ikut SNMPTN tulis di UNDIP, dan di sana aku tetap mengambil fakultas kimia. Mungkin do’a orang tuaku yang sangat kuat, akhirnya aku diterima di UNDIP. Ada rasa syukur dan sesal melihat hal tersebut. Tetapi mau tidak mau harus dijalani. Mungkin iniyang terbaik bagiku. Aku harus belajar dengan sungguh-sungguh. Karena pendidikanku dibiayai pemeintah, bahkan biaya hidupku juga ditanggung.
Ketika aku diterima di UNDIP dia memberi ucapan kepadaku. Di hari ulang tahunku yang ke 19., dia mengcapkan melalui facebook. Dan itulah pertamanya aku chating dengan dia.